Tokoh Nasional Aburizal Bakrie memberikan ceramah motivasi bisnis kepada ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor agar menjadi wirausahawan yang sukses.

"Wirausaha itu bermula dari ide. Jangan takut, harus berani bermimpi," kata tokoh nasional Aburizal Bakrie saat berikan ceramah "Mewujudkan Kemandirian Perekonomian Indonesia" di kampus IPB Bogor, Rabu.

Dihadapan ratusan mahasiswa IPB, Aburizal Bakrie menceritakan jatuh bangunnya usaha keluarga Bakrie. Ia menekankan pentingnya semangat pantang menyerah dan tidak lari dari tanggungjawab.

Aburizal juga menjelaskan memulai usaha tidak tergantung pada modal. Dicontohkannya saat usahanya jatuh pada tahun 1998-99.

Menurut dia keluarganya saat itu lebih miskin dari para pengemis karena hutangnya yang bertumpuk.

Lebih lanjut Aburizal menceritakan dalam perjalanan hidupnya juga pernah mengalami kegagalan. Namun tambahnya kegagalan itu tidak harus membuatnya putus asa, tetapi harus dijadikan hikmah untuk mencari jalan lebih baik.

Aburizal mengaku mendapatkan inspirasi dari ucapan ayahanda yang mengatakan "Kamu boleh berkiprah di bidang apa saja, tapi satu yang tak boleh anda tinggalkan kecintaan pada bangsa Indonesia, negara dan orang-orang sekitar kita. Kalau kecintaan itu ada, pasti kita akan memberikan yang terbaik".

Lebih lanjut Aburizal menceritakan saat mengalami kebangkrutan ekonomi pada 1998. Ia mengaku memiliki hutang yang sangat besar hingga triliunan rupiah. Namun tambahnya dia tidak lari dan hadapi semua masalah tersebut.

"Saya jadi orang yang lebih miskin dari para peminta-minta. Hutang saya besar, jadi kekayaan saya minus. Tapi saya hadapi semua, saya selesaikan semua, karena kecintaan saya pada negara ini," kata Aburizal.

Kepada para mahasiswa Aburizal menekankan pentingnya mengembangkan ide. Menurut Ical untuk memulai usaha bukan uang yang utama namun justru gagasan atau ide.

"Yang terpenting terus jaga semangat, ide dan konsistensi. Jangan patah hati, dan jangan katakan saya tak bisa," katanya.

Ia juga menekankan untuk menjadi wirausahawan tidak harus selalu pandai namun yang diperlukan hanya cukup tahu.

"Tak perlu harus pandai tetapi cukup tahu. Yang penting kita mau dikelilingi oleh orang-orang pandai, yang bisa memberikan alternatif pemecahan masalah. Pemimpin itu yang memutuskan dan berani ambil resikonya," katanya. antaranews.com