Rabu, 21 Maret 2012

Fahrudin Merintis Usaha Mi Ayam dari Nol, Lanjut Bisnis Peternakan

Mengawali usaha sebagai penjaja mi ayam gerobak, kini Fahrudin bos mi ayam dengan 450 gerobak mi ayam. Dalam sehari ia memproduksi 1.000 kilogram (kg) mi ayam. Omzetnya kini mencapai Rp 300 juta dengan laba bersih 30%. Pantang menyerah dan kerja keras menjadi moto hidup Fahrudin.

Merintis usaha dari nol, ia kini sukses menjadi pengusaha mi ayam keliling di Palembang, Sumatra Selatan dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Fahrudin memulai usaha pembuatan mi pada tahun 1997. Usaha ini dimulainya dari skala kecil dengan modal awal Rp 2,5 juta. Saat itu, ia hanya mengoperasikan dua gerobak mi ayam. Di awal usahanya, ia sudah membuat sendiri mi sajiannya dengan bahan baku utama tepung terigu. "Saat itu saya buat skala kecil dengan menggunakan alat-alat manual," kata Fahrudin.

Setelah 15 tahun berjalan, kini bisnis Fahrudin sudah jauh berkembang. Di bawah bendera usaha Mi Ayam Berkah, kini ia memiliki pabrik pembuatan mi berkapasitas 1.000 kilogram (kg) per hari. Sementara gerobak mi ayamnya sudah mencapai 450 unit. "Investasi pembuatan setiap satu gerobak sekitar Rp 3 juta," katanya. Gerobak sebanyak itu disewakan kepada para pedagang yang menjadi mitra usahanya.

Umroh Hemat Mulai dari 21-JT-an

Setiap gerobak membeli mi kepadanya sebanyak 3 kg per hari, dengan harga Rp 10.000 per kg. Setiap satu kg mi bisa menghasilkan 12 mangkuk mi ayam yang dijual di kisaran Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per mangkuk. Selain kepada pedagang mi ayam yang menjadi mitra, ia juga menjual mi hasil produksinya ke masyarakat umum. Untuk melayani pembeli umum, ia membuka dua gerai penjualan mi di Palembang.

Selain menjual mi, gerai itu juga menjadi tempat pelatihan bagi para calon mitra Mi Ayam Berkah. "Saya biasanya merekrut anak muda pengangguran yang memiliki niat untuk bekerja keras," ungkapnya. Dari usahanya ini, Fahrudin kini bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 300 juta per bulan, dengan laba bersih 30%. Bisnis mi ayam Fahrudin mulai berkembang pesat setelah mendapat bantuan dari PT Bogasari Flour Mills, salah satu produsen tepung terigu. Sejak tahun 1997, ia direkrut Bogasari untuk ikut pelatihan dan pembinaan dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), dan Perdagangan DKI Jakarta.

Dari sanalah ia mendapatkan pengetahuan mengelola bisnis. Selama mengikuti pelatihan itu, Fahrudin bertemu dengan pelaku-pelaku UKM yang telah sukses dari Pulau Jawa. Ia pun banyak mengambil pelajaran dari mereka. "Saya banyak belajar dari mereka, terutama tentang tata cara pembuatan dan penjualan mi, strategi pemasaran, dan sistem manajemen operasional," ucapnya.

Jual Susu Kambing Etawa
Klik GOMARS

Fahrudin kini telah sukses membangun bisnis mi dengan meraup omzet rata-rata Rp 300 juta per bulan. Meski terbilang sukses, ia tidak berpuas diri. Naluri bisnisnya tetap saja memanggil. Tahun 2009, ia merambah bisnis lain, yakni usaha peternakan sapi potong.

Ide awal bisnis ini datang, setelah ia melihat tingginya kebutuhan daging sapi di Palembang. Sementara itu, pasokannya terbilang minim, terutama menjelang Idul Adha atau hari-hari besar lainnya. "Masyarakat Palembang sering kekurangan suplai daging sapi menjelang Lebaran Haji," kata Fahrudin.

Melihat fakta itu, ia pun tertarik untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong. Demi melancarkan usahanya, ia membeli lahan seluas 1 hektare (ha).

Lahan seluas itu digunakannya sebagai tempat beternak sekaligus membangun rumah tempat tinggalnya. "Lebih dari setengah ha untuk peternakan dan sisanya saya pakai buat rumah saya sendiri," ujar Fahrudin.

Di usaha peternakan ini, ia fokus pada pembesaran saja. Hingga kini, Fahrudin sudah memiliki 60 ekor sapi. Dia memesan puluhan sapi itu dari daerah sekitar Palembang. Saat dibeli umurnya masih sekitar setahun. Setelah dipelihara hampir delapan bulan, sapi kemudian dijual lagi.

Saat dibeli dari peternak, harga sapi itu masih di kisaran Rp 5 juta-Rp 6 juta per ekor. Namun, setelah digemukkan selama delapan bulan, harga sapi naik menjadi sekitar Rp 9 juta-Rp 10 juta per ekor. "Biasanya saya menjualnya saat Lebaran Haji sebagai hewan kurban," jelasnya.

Selain Lebaran Haji, ia juga melayani pemesan untuk kebutuhan pesta dan sebagainya. Fahrudin melihat prospek bisnis sapi di Palembang masih cerah. Selain pemainnya sedikit, kebutuhan di Palembang juga relatif tinggi.

Selain usaha peternakan sapi potong, Fahrudin juga berencana merambah bisnis properti. Untuk itu, ia sudah menyiapkan diri dengan membeli tanah seluas 2 hektare di pinggiran Kota Palembang.

Motivasinya masuk bisnis properti semakin kuat setelah mengetahui harga jual tanahnya tersebut sudah naik dua kali. Tanah 2 hektare itu dibelinya tiga tahun lalu dengan harga Rp 100.000 per meter persegi. Sekarang, harganya sudah berlipat menjadi Rp 200.000 per meter persegi. "Awalnya tanah itu untuk aset saya saja, tapi setelah tahu naiknya cepat saya tertarik masuk ke bisnis properti juga," jelasnya.

Keinginan merambah bisnis properti itu juga muncul berkat dorongan teman-temannya. Maklum, beberapa rekan bisnis Fahrudin yang sudah terjun ke bisnis properti, rupanya menuai kesuksesan.

Namun, ia tidak mau terburu-buru merambah bisnis tersebut. Fahrudin masih menghitung-hitung dulu bisnisnya agar tidak merugi di belakang hari. "Tapi yang pasti akan saya jalani secara pelan-pelan, dan hitung-hitung itu penting sebagai aset saya," ujarnya.

Semua modal yang dipakainya dalam merintis usaha ini merupakan hasil dari menyisihkan keuntungan dari membuat mi. Karena itu, bagi Fahrudin, usaha pembuatan mi tetap bisnis utamanya. "Bisnis mi merupakan bisnis utama yang tetap akan saya besarkan," ujarnya.  [peluangusaha.kontan.co.id]

Popular Posts